Musim hujan bersamaan waktunya dengan penetasan telur-telur ular.
Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rachmat mengatakan periode Oktober-Desember merupakan bulan menetasnya telur-telur ular.
“Kenali dan waspadai, tapi jangan bunuh ular,” kata dia, Rabu, 5 Oktober 2022.
Seperti tahun lalu, menurutnya, banyak ditemukan bayi-bayi ular kobra di sekeliling rumah tinggal warga.
Kondisi itu karena induk ular menempatkan telurnya di sekitar hunian warga pada sekitar Agustus-September setelah musim kawin.
Pemilihan lokasi itu terkait dengan sumber makanan yang mencukupi kebutuhan anak-anak ular.
Makanan ular seperti cacing, jangkrik, kadal, kodok, tikus, juga burung.
Ketersediaan mangsa seperti itu akan membuat ular tinggal dengan nyaman.
Tergolong satwa yang mudah beradaptasi dengan cepat, ular bisa masuk ke sela-sela pondasi dan rumah warga.
“Ular sangat pintar bersembunyi,” ujarnya.
Bertahan hidup tanpa sarang, ular suka berpindah tempat atau nomaden dan tidak mengerami telurnya.
Di suatu tempat, populasi ular bisa tidak terkendali akibat ketiadaan hewan pemangsa.
Menurut Aji, keberadaan musang, garangan, dan biawak perlu dijaga.
Pun satwa karnivora di langit seperti elang, dan burung hantu.
Selain itu, warga disarankan membersihkan lingkungan rumah secara mandiri atau bergotong royong agar ular pindah kawasan.
Menurutnya dalam ekosistem dan rantai makanan yang puncaknya pada manusia, ular ikut berperan menjaga keseimbangan.
Karena itu yayasan meminta agar ular tidak dibunuh, selain oleh satwa pemangsanya.
Karena juga bisa mengundang kedatangan ular, rumah dan sekelilingnya pun harus bebas tikus.
Cara lain mencegah ular masuk rumah seperti memasang obat nyamuk elektrik atau alat pengharum ruangan yang menyemprot otomatis.
Alasannya, karena ular tidak tahan dengan bau menyengat yang tidak alami di ruang tertutup.
“Ular tidak takut oleh garam, tali ijuk, sabut kelapa, atau belerang tabur,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi kemungkinan ada ular yang lolos masuk rumah, penghuni disarankan menyiapkan alat bantu penanganan ular seperti tongkat penjepit, sapu, dan senter.
Jika tidak sanggup atau takut, penghuni bisa minta bantuan ke nomor yayasan atau pemadam kebakaran terdekat agar tidak salah penanganan.
Aji menyarankan warga tidak memegang ular jika belum terlatih.
“Meskipun hanya sekitar 20 persen jenis ular yang berbisa mematikan,” kata dia.
Pada kasus terjadi gigitan ular, korban dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.